CLICK at HOME…If it said this blog does not exist.

Monday 5 September 2011

RAMADHAN..praktek kesyirikan TIDAK luntur di Indonesia???




SOLO (Arrahmah.com) – Setelah melalui Ramadhan selama satu bulan, dan mendapati Syawal ‘dengan penuh kemenangan dan kegembiraan’, tampaknya tidak membuat praktek kesyirikan luntur dari tradisi masyarakat Indonesia.

Di bulan Syawal ini, ribuan warga mengikuti puncak Grebeg Syawal di Solo, Jawa Tengah, Ahad (4/9/2011) siang di Taman Satwa Taru Jurug. Ritual tersebut dilakukan dalam rangka ‘mencari’ keselamatan dan keberkahan dengan prosesi menyebar gunungan hasil bumi dan ketupat dari atas panggung.

Ritual Grebeg diawali dengan kirab gunungan hasil bumi dan ketupat dari pintu masuk Taman Satwa Taru Jurug menuju Segaran atau Kolam Ageng di tengah-tengah kebun binatang. Arak-arakan melibatkan pasukan prajurit keraton.
Sebelum diperebutkan, Pengageng Keraton Solo mengantarkan ‘doa’ keselamatan dan keberkahan dilanjutkan dengan prosesi menyebar gunungan hasil bumi dan ketupat dari atas panggung. Panitia sengaja membuat panggung lebih tinggi dari biasanya agar warga tidak berdesakan dan merangsek maju.
Suasana menjadi gaduh ketika panita mulai melemparkan ketupat ke arah pengunjung. Parahnya, masyarakat rela berebut berdesak-desakkan karena yakin jika mendapat ketupat berarti akan dapat berkah.
Prosesi lalu dilanjutkan dengan pagelaran fragmen Joko Tingkir melibatkan belasan penari dengan iringan musik gamelan. Fragmen menceritakan perjuangan pemuda di Kerajaan Demak yang dengan keberanian dan kepintarannya berhasil mengalahkan unsur jahat atau si dadung awuk dan memperoleh kesaktiannya. Ritual diakhiri dengan prosesi Larung Ageng Jaka Tingkir dengan menaiki perahu di Danau Segaran.
Hal tersebut tidak hanya terjadi Solo, di beberapa daerah lain juga menggelar ritual syirik serupa. Salah satunya di Banyuwangi. Warga Desa Adat Using Kemiren, Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (2/9) menggelar tradisi ritual barong ider bumi.

Sungguh konyol, pasalnya ritual tersebut dipercaya sebagai ritual bersih desa dari marabahaya dan penyakit. Ider bumi kali ini menampilkan atraksi tarian barong yang dimainkan orang tua, remaja, dan anak-anak diiringi musik angklung dan patrol.
Di sepanjang jalan yang dilalui, pawang desa menaburkan beras kuning berisi uang recehan sebanyak 99.900. Anak kecil pun saling berebut untuk mendapatkan uang receh. Sejumlah sesepuh adat dan tokoh agama membawa hasil ladang. Setelah menempuh perjalanan jauh, anak-anak dan orang dewasa saling berebut pisang yang disiapkan di pinggir jalan.
Usai pawai, warga menggelar slametan dan makan tumpeng bersama. Ritual tradisi barong ider bumi ini bertujuan untuk keselamatan warga dari ancaman marabahaya atau wabah penyakit pageblug. Konyolnya lagi, meskipun ‘berstatus sebagai Muslim melafadzkan Syahadat setiap harinya’, warga masih meyakini jika ritual tersebut tidak dilaksanakan akan terjadi sesuatu yang membahayakan kesalamatan warga.
Sungguh bobrok aqidah masyarakat Muslim di bangsa ini. Jumlah boleh banyak, tapi kualitas keimanan masyarakat ‘Muslim’ di Indonesia tak jauh beda dengan para penganut kepercayaan pagan. Yang meyakini bahwa keselamatan dan keberkahan bisa didatangkan dengan ritual-ritual ‘peninggalan nenek moyang penyembah berhala’. Wallohua’lam. (lptn/arrahmah.com)



Orang Tua ini terjatuh di tengah jalan, namun tidak seorang pun orang yang menolongnya?





Akhbar di China melaporkan ada seorang lelaki tua yang jatuh di tengah jalan yang sibuk. Dia tidak boleh bangun selama 15 minit. Namun tidak ada seorang pun yang menolongnya, malah orang ramai hanya sibuk melihat sahaja.
Apa alasan mereka tidak mahu menolong Orang tua tersebut?
Pada tahun 2006 ada seseorang lelaki membantu seorang wanita tua yang duduk di lantai bus untuk berdiri, dan akhirnya lelaki itu dituduh keluarga nenek tadi sebagai penyebab nenek tersebut tercedera .Lelaki tesebut disaman 130.000 Yuan untuk membiayai kos perubatan. Namun setelah hasil siasatan dan rayuan,lelaki tersebut hanya dikenakan bayaran 40.000 yuan sahaja.
Satu lagi kejadian lain yang menimpa seorang mahasiswa di Universiti Hennan yang membantu wanita tua untuk duduk , namun mahasiswa tersebut dituduh sebagai penyebab wanita tua tersebut tercedera dan di dijatuhi hukuman denda 80.000 yuan.
Beginilah di zaman materialistik, sikap kemanusian diketepikan.Dalam kejadian seperti ini, lebih baik kita memanggil polis/ambulan. Tidak semua orang yang kemalangan itu adalah berpura-pura atau bermaksud jahat, cuba bayangkan jika yang terkapar ditengah jalan itu anggota keluarga kita?
Posted @ www.isuhangat.net.

No comments:

Post a Comment